Sabtu, 03 November 2012

Ekspedisi Tanah Jawa Kalungan Wesi I (Day 3, BD)

CERITA SEBELUMNYA, HARI KE-1 | HARI KE-2


Hari ketiga ekspedisi TJKW-1 sepenuhnya berlangsung di Kota Bandung, tempat aku menimba ilmu selama sekitar tiga tahun. Urusan hari ini pun gak jauh-jauh dari urusan akademik, yaitu ngambil salinan legal dari ijazah yang aku titipin sama salah satu mantan muridku di Smanti yang saat ini juga menempuh kuliah di kampus Ganesha. 

Kampus di luar negeri? bukan, ini di Bandung kok ... ^.^

KA Harina yang mengantarku dari Kota Cirebon tiba sekitar pukul 4:52, atau lebih cepat sekitar 6 menit dari jadwal seharusnya di Stasiun Hall Bandung (BD). Rasa capek selepas seharian menjelajah Jawa Tengah rupanya membuatku benar2 terlelap sehingga tidak menyadari bahwa kereta yang membawaku telah berjalan "mundur" selama lebih kurang 100 menit. Perlu diketahui bahwa seperti halnya KA Purwojaya --di Stasiun Kroya (KYA)--, KA Harina juga menjalani "ritual" balik-arah di Stasiun Cikampek (CKP), sekaligus berganti nomor dari 49 menjadi 52. 

Sekeluar dari mushola mini di sisi utara stasiun, aku pun berjalan setengah mengantuk menuju tempat cegatan angkot andalan berwarna ungu, rute Cisitu-Tegallega menuju kawasan Cisitu, sebuah area di Kota Bandung yang lebih dari separo populasinya berasal dari luar Bandung. Tujuanku adalah sebuah rumah kos bernama "Pondok Abah Ale", yang merupakan salah satu kamp basis anak2 alumni SMA Negeri 3 Malang di Bandung (stalker sejati-ku, si Aswin :D menyebutnya dengan kosan "boto", yang artinya batu-bata, sebab memang berdinding batu-bata yang tidak dilapisi semen), di pondok itulah selama lebih kurang dua tahun aku ngekos bersama adik-adik kelasku --yang juga mantan muridku-- di Smanti, semasa masih kuliah.

Adegan seperti ini lumrah terjadi di kosan kami, kami memang saling menyayangi =))

Di kosan dengan ibu kos yang super baik dan ramah ini, aku akan numpang sehari, di kamar Fatchun, yang baru saja meraih gelar Sarjana Teknik-nya di STEI-ITB. Bekas kamarku sendiri saat ini sudah ditempati penghuni lain. Sekitar jam 8 pagi, aku pun berjalan menuju kampus, tapi sesuai rencana yang sudah aku susun, aku berencana untuk sarapan terlebih dahulu, dan sasaranku adalah bubur ayam langganan di depan Asrama Bumi Ganesha. Akang penjualnya ternyata masih ingat sama aku (penting), hanya saja harga buburnya (+ sebutir telur rebus) udah naik dari 6,000 menjadi 7,000 rupiah, hihihi iya lah, udah lebih dari setahun juga.

Percaya deh, ini salah satu bubur ayam terlezat di dunia

Masih sesuai rencana, aku melanjutkan jalan kaki menuju Sasana Olahraga Ganesha (Saraga), tujuanku adalah berenang, semasa masih kuliah aku cukup rutin berenang di sini, hanya saja kali ini berhubung KTM-ku sudah nggak berlaku, akhirnya aku mesti bayar penuh 12 ribu rupiah.

Sanggar seni yang asri di kawasan Babagan Siliwangi, jalan tembus dari Jl. Tamansari ke Saraga

Selesai berenang aku pun melanjutkan langkah untuk mengambil transkrip akademik titipan temanku, yang unik, dari Saraga yang terletak di bagian utara menuju kampus di bagian tengah terdapat sebuah terowongan, yang melintang Jl. Tamansari. Ada sedikit perbedaan dari terakhir kali aku ke sini, yaitu keberadaan sebuah bilik ATM salah satu bank dan beberapa etalase yang tampaknya milik beberapa unit aktivitas mahasiswa.


Terowongan Saraga jadi lebih terang


Lepas dari terowongan, cus ke Gedung Labtek V dan lanjut ke Salman, nostalgia Jumatan di situ. Kelar Jumatan, nostalgia lagi makan siang di kantin Salman, sekarang makin mahal euy ... menu yang dulu seputaran 7000-8000 sekarang jadi 10ribu ...

Tidak ada yang berubah, antrian kantin Masjid Salman selepas Jumatan selalu seperti ini

Selepas dari kampus, aku balik ke kosan, ketiduran sampe sekitar jam 5. Lepas Maghrib aku udah janjian sama adik kelas Smanti yang bawa fotokopian ijazahku. Lepas Isya makan malem di Balubur sekalian mberesin urusan tiket sama Belinda, trus jam 9an balik lagi ke kosan buat persiapan penjelajahan lanjutan esok hari di Jekardah ...

0 komentar: