Alam, di sini kita berada

Aku, alam dan Tuhan-ku adalah satu dan tidak terpisahkan ...

Berbagi, karena ilmu bukan milik kita sendiri

Tuhan-lah yang menitipkan ilmu pada kita sebagai media untuk menebar kasih bagi semesta.

Menempuh perjalanan-perjalanan panjang

Untuk merasakan dan mensyukuri setitik dari tak berhingga karya agung-Nya ...

Masa depan, yang terbangun dari kasih-Nya

Ia titipkan pada seseorang yang mau menerimaku apa adanya ...

Tangguh, memutus jarak tanpa keluh

dan di dalamnya kita berserah, hingga kita tiba di tujuan ...

Selasa, 27 Desember 2011

Suatu Malam

Salah satu hal yang jadi trademark para engineer di bidang informatika adalah hobi begadang, oke ... bukan hobi yang bagus emang, tapi kadang sudah jadi semacam sugesti kalau rutinitas kayak gitu seringkali memunculkan banyak banget ilham yang sering buntu saat diajak bekerja di siang/ sore hari. Malem ini jadi salah satu di antara sekian banyak malam yang aku habiskan bersama sahabat setiaku, sebuah benda kotak berdiagonal sekitar 14 inci bermerk Compaq, berkutat di antara baris-baris PHP Hypertext Preprocessor dan sintaks-sintaks Structured Query Language, untuk menuntaskan sebuah proyek kepuasan batin merangkap pengabdian.

Malam ini nggak banyak yang aku pikirkan sebenernya, selain tentu aja hal-hal rutin yang emang seringkali melintas di otak, bukan hal-hal berat yang menyita tenaga dan pikiran seperti deadline, tugas akhir atau apa pun namanya. Hal-hal rutin itu bisa bernama konflik batin skala ringan, masalah2 sekedarnya di tempat kerja, atau bahkan ... sebuah perasaan.

"Nama" terakhir itulah yang terasa paling membuat ... galau. Konyol banget ya, kalo dipikir-pikir tinggal tiga bulan umurku berawalan angka "dua", kegalauan ini kayaknya udah terlalu uzur. Tapi aku gak mungkin bohong dengan bilang, "aku gak peduli" ... Nggak, aku masih begitu peduli, dan karena itu aku ... galau. Aku terbebani sebuah requirement yang begitu gak logis dari seseorang yang (memang seharusnya) begitu aku taati, --bukan, aku gak sedang bicara requirement perjodohan ala sinetron Indonesia-- tapi itu nyata, dan aku sendiri pun pernah begitu keukeuh mengamini requirement itu.

Dan sayangnya, ketika aku menyadari bahwa requirement itu begitu nggak logis dan bahkan bertentangan dengan idealisme yang aku yakini, aku masih nggak bisa meyakinkan pandangan itu. Karena requirement itu, aku sudah kehilangan satu cerita, dan kini aku terancam kembali kehilangan, bahkan saat perasaan itu belum tersampaikan.

Aku masih yakin, akan ada satu jalan tengah yang bisa diterima siapa pun juga, aku percaya, aku bener2 percaya. Satu keyakinan yang muncul ketika aku sadar kalau selama ini aku sudah begitu banyak menerima pancaran kasih dari Dia, yang masih selalu ada bahkan ketika beberapa kali aku lupa dengan-Nya. Aku percaya ...

NB: kau telah membacanya, dan kau mungkin telah tau rasa ini, aku nggak akan memaksakan ketika kau merasa nggak nyaman, selain karena memang aku harus perlahan ... melupakanmu